Rabu, 21 Mei 2014

Pasar Soponyono . Rungkut




Pasar tradisional sebagai pondasi 

ilmu marketing  .

Mungkin hanya beberapa orang yang mengetahui, mengerti, dan memahami arti pentingnya sebuah pasar tradisional, tempat yang saya ilustrasikan sebagai pondasi sebuah ilmu marketing. Hanya beberapa orang dikalangan pemerintah maupun masyarakat kelas menengah-keatas yang memperhatikan betul kelangsungan jenis retail tradisional ini ditengah gempuran kemajuan perkembangan retail modern dan teknologi sekarang. Namun jika ditinjau kembali, sebagian besar teori marketing dari jaman dulu hingga saat ini, dari jaman teori Marketing 1.0 hingga Marketing 3.0 oleh Pak Hermawan Kartajaya pun terdeskripsikan di pasar tradisional. Itulah mengapa pasar tradisional saya sebut sebagai pondasi ilmu Marketing.

Singkatnya, bila kita berbicara mengenai Marketing 1.0 yang lebih product-oriented. Pasar tradisional jelas menggambarkan bagaimana physical product merupakan faktor utama dimana barang dan uang berpindah kepemilikan, jenis interaksi one-to-many dari satu penjual ke banyak pembeli, dan kunci kesuksesan marketing yang terletak pada product development yang mengedepankan kualitas barang untuk memenuhi kebutuhan yang sesuai serta agar tidak mengecewakan pembeli.

Kemudian bila dikaitkan dengan teori Marketing 2.0 yang lebih consumer-oriented dimana penjual di pasar tradisional mengedepankan customer loyalty dari langganannya. Loyalitas dari pelanggan untuk melakukan pembelian ulang, tidak beralih ke penjual lain, dan rekomendasi pada pembeli lain menjadi objective utama. Customer satisfaction sepertinya juga menjadi Key performance Indicator utama bagi penjual untuk menciptakan kesetiaan pelanggan. Dengan ini, maka jenis transaksi dalam pasar tradisional pun telah beralih menjadi one-to-one relationship.

Sedangkan untuk teori Marketing 3.0 yang berorientasi pada value untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik, pasar tradisional memiliki peran utama dalam menjaga kesinambungan perekonomian di Indonesia. Mengutip dari respon Walikota Solo, Pak @Jokowi_do2, pasar tradisional merupakan exhibiton hall dari petani, nelayan, dan pedagang yang perlu untuk dilestarikan. Tawar menawar harga yang masih menjadi ciri khas sebuah pasar tradisional memiliki arti tersirat bahwa pasar tardisional masih memperhatikan simbiosis mutualisme dengan pembelinya. Harga yang ditawarkan untuk buah mangga yang matang dengn setengah matang pun akan berbeda harga, harga yang ditawarkan akan sangat tergantung dari spesifikasi barang yang dijual. Transaksi pada pasar tradisional pun juga menjadi sebuah many-to-many relationshipdimana penjual akan bekerja sama dengan penjual lainnya untuk memuaskan pelanggannya. Ketika Penjual ikan A telah kehabisan stok ikan kakap merah, maka penjual ikan A akan mengambilkan ikan kakap merah dari Penjual ikan B, begitu pula sebaliknya jika Penjual ikan A kehabisan stok ikan Lele. Jenis transaksi ini semata-mata dilakukan untuk memberikan yang terbaik bagi para pembeli. Inilah salah satu contoh value yang terdapat pada pasar tradisional.

Penjelasan singkat di atas merupakan sepenggal gambaran dari sebuah aplikasi teori marketing dari waktu ke waktu yang sebagian besar masih dapat diterapkan di pasar tradisional. Ilmu marketing modern yang sering membahas mengenai service marketingconsumer behavior, dan retail management/ marketing pun terpaparkan secara nyata dalam pasar tradisional. Semoga dengan ini, kita dapat tetap melestarikan pasar tradisional sebagai contoh aplikatif dari ilmu marketing demi keberlangsungan perekonomian Indonesia. Terimakasih.  



http://www.the-marketeers.com/archives/pasar-tradisional-sebagai-pondasi-ilmu-marketing.html#.U3xWp1uSogA 





Tidak ada komentar:

Posting Komentar